Senin, 12 Desember 2016

Kolom Puisi

Jendral Tua di Pulau Pengasingan

Pernahkah bertanya mengapa ia terasingkan?
Ia dulu jendral pendiri sebuah negeri
Negeri yg penuh dengan kekeluargaan
Negeri yg penuh dengan gelas2
Negeri yg penuh dengan manik2
Kini ia hanya di sebuah pulau
Tanpa keluarga
Apalagi serigala yg dulu mengawalnya
Hidupnya makin tak karuan
Rambutnya tak pernah tersisir
Kegagahan nya hilang bagai ia bukan seorang jendral
Ia hidup dalam pengasingan
Bukan karena ia ceroboh
Dusta?
Ia jendral jujur
Dengan sedikit tetesan kesalahan di gelasnya
Ia terasingkan oleh generasi negerinya
Generasi yg lupa pada pendiri negerinya
Generasi yg tak tau jati dirinya
Generasi yg mulai hidup dalam lampu2
Dan mulai menggunakan api dalam gelasnya.
Disana ia terbaring lemas
Ya setengah badan nya menutupi pulau tersebut
Pulau yg jauh dari negeri yg ia bangun
Yg gelap di siang hari
Dan sang jendral pun menemui ajalnya .

Asep Darmawan
Jogjakarta


ANJING

Sehina itukah aku dimata manusia?
Memandangku sebagai segala keburukan
Segala kekotoran dan menjijikan
Dan pada namaku tersemat dosa dan nista

Aku Anjing
Dan tak pernah menjadi selain anjing
Bukankah aku hanya menjalankan titah?
Perintah Tuhan yg tak pernah aku bantah
Liur dan lidah ini adalah mandat
Tapi aku bukan makhluk penjilat

Aku Anjing
Dan tak pernah menjadi selain anjing
Najisnya tubuhku upaya rendah hatiku
Linangan liur dan juluran lidahku adalah tangisan dan dzikirku
Bukankah ini puncak keikhlasan
Yg ku sujudkan pada Tuhanku?

Aku Anjing
Dan tak ingin menjadi manusia
Betapa sulitnya kubayangkan menjadi mereka
Dilenakan sebuah karunia
Kehebatan akal yg tak seberapa
Mereka adikuasa dan jumawa .
Mereka diperbudak angkara murka
Menguasai bumi dan seisinya
Memburu sesuatu yg tak abadi
Tanpa ada kerinduan pada yg Sejati

Oh manusia ?
Betapa keringnya hidup mereka

M Yasien Arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar